CST 90 metrik ton untuk Pabrik Kelapa Sawit 30 Ton/Jam |
Continous Settling Tank (CST) yang dipakai di pabrik
kelapa sawit umumnya berupa tanki silinder tegak dengan volume bervariasi
tergantung dari kapasitas cairan yang masuk.
Bagian utama CST terdiri dari:
- Body silinder tegak
- Upper Flow
- Under Flow
- Stirrer
- Steam Coil & Live Injection Steam
- Buffer Tank.
- Lapisan rock wall
Parameter penentu kinerja CST yaitu:
- Masa tahan cairan > 6 jam
- Temperatur > 95 derajat celcius.
- Kestabilan kapasitas dan komposisi cairan.
Keberhasilan CST di tentukan dengan rendahnya kadar
minyak di sludge yang keluar melalui under flow yaitu < 5-7 %.
Untuk mencapai kinerja terbaik, ke-3 parameter
tersebut diatas harus tercapai.
CST dalam proses pemisahan minyak sawit dari impuriti
hanya berdasarkan perbedaan berat jenis material yang ada. Minyak sawit pada
temperatur > 95 derajat celcius memiliki perbedaan berat jenis cairan yang
lebih rendah dibanding dengan air dan padatan lainnya sehingga minyak lebih
cepat menuju kepermukaan dan membentuk lapisan minyak sedangkan impuriti
bergerak turun akibat lebih berat. Minyak sawit yang terbentuk ini akan terus
bertambah seiring feeding / umpan yang kontiniu dan akhirnya masuk melalui
upper flow dan ditampung di Clean Oil Tank. Prinsipnya, semakin tebal lapisan
minyak sawit di CST maka pemisahan minyak sawit dari impuriti akan semain baik.
Namun disisi lain, jika lapisan minyak sawit terlalu tebal tentu akan sangat
riskan, karena posisi lapisan minyak dibagian bawah terlalu dekat dengan out
let under flow CST. Untuk itu umumnya ketebalan lapisan CST berkisar 60-100 cm
untuk CST bervolume 90 metrik ton dan 30 cm untuk CST 50-60 metrik ton.
Cairan CST harus tenang, tidak boleh ada turbulensi cairan,
agar impuriti yang sudah terpisah tidak tercampur lagi dengan minyak sawit.
Untuk menciptakan aliran yang tenang di CST diperlukan
Buffer tank yang meredam tekanan pompa dari Raw Oil Tank sehingga cairan minyak
kasar masuk ke CST berdasarkan gravitasi sebagaimana prinsip CST memisahkan
minyak berdasarkan gravitasi juga.
Dalam operasionalnya, temperatur CST tidak serta merta
menjadi 95 derajat celcius karena sumber panas berasal dari uap yang dihasilkan
boiler. Jadi, awal olah temperatur kerja sangat rendah bisa saja hanya 50-75
derajat celcius. Untuk itu perlu dilakukan pemanasan dengan injeksi uap langsung
hingga temperatur CST mencapai 90 derajat celcius, kemudian steam injeksi
langsung digantikan oleh steam coil untuk pemanasan hingga temperatur kerja
normal diperoleh. Capaian temperatur kerja CST juga dibantu oleh kinerja ROT
sehingga untuk mencapai temperatur 95 derajat di CST semakin mudah dan cepat.
Penyetelan lapisan minyak di CST dikendalikan oleh
Skimmer di Upper Flow dan atau Under Flow (jika under flow memiliki keran penyetel
kapasitas aliran). Jika posisi skimmer diputar hingga bergerak keatas maka
lapisan minyak yang terbentuk akan semakin tebal demikian sebaliknya. Jika
penyetelan dilakukan di underflow sama halnya dengan pengaturan skimmer.
Beberapa CST menggunakan pengaturan di
Upper flow dan Under Flow. Namun ada juga yang memakai pengaturan di
salah satu bagian saja.
Perbedaan nya, jika skimmer yang diturunkan maka
lapisan minyak yang dikurangi, jika di underflow pada posisi diturunkan maka
lapisan impuriti yang naik mendorong lapisan minyak sawit hingga masuk ke skimmer/upper
flow.
Menurut saya, posisi keran pengatur tidak masalah,
yang penting kedisplinan dalam menerapkan ketebalan lapisan minyak di CST tetap
konsisten.
Postingan berikutnya akan membahas bagian-bagian CST
secara detail, tunggu saja.!!!!
0 comments:
Post a Comment