![]() |
Cerobong Boiler |
Energi menjadi isu yang menarik baik untuk penghematan biaya operasional maupun tentang optimalisasi pemanfaatan energi pada proses pengolahan serta keinginan untuk mendapat profit tambahan dari energi.
Perkebunan sawit menyimpan banyak potensi energi, dimulai dari yang paling umum adalah bio mass dan energi gass methane. Energi bio mass pada perkebunan sawit saja, belum termanfaatkan sepenuhnya, terutama pada pelepah sawit, batang sawit, dan tandan kosong. (Walaupun inovasi pemanfaatan sudah sangat banyak dan saat ini mulai on progress dilakukan).
Yang menjadi tantangan disisi lain tentang pemanfaatan energi bio mass sawit (diluar konteks fibre dan cangkang) adalah bersaing dari sisi pemanfaatan untuk pakan. Karena pelepah sawit dapat menjadi pakan ternak dan kerajinan UMKM serta batang sawit bisa diolah untuk mendapatkan gula aren. Ya, produk sawit bisa menjadi produk pakan atau produk energi, dua bidang kebutuhan manusia yang sangat penting.
Disisi lain, inovasi klone atau bibit sawit juga mempengaruhi neraca balance/komposisi buah sawit itu sendiri, mengingat primadona dari sawit adalah CPO dan penemuan bibit sawit selalu mengoptimalkan produksi minyak sawit, sehingga akan ada rekayasa pada batang, pelepah, ketebalan cangkang, ketebalan daging buah serta kernel sawit yang bertujuan agar seluruh pertumbuhan sawit maksimal ke pembentukan daging buah sawit.
Faktor pendorong perubahan pemanfaatan energi atau konversi energi pada industri kelapa sawit itu mencakup faktor green energi, energi terbarukan, faktor pangan dan faktor pemanfaatan produk cpo menjadi energi (bio solar) bahkan juga dipengaruhi oleh rekayasa bibit untuk dominan menghasilkan protas cpo yang maksimal.
Menyikapi hal itu, upaya yang dilakukan untuk memaksimalkan potensi energi, selain methane capture dan dijadikan sebagai bahan bakar genset atau hybrid ke boiler, juga pemanfaatan tankos menjadi bahan bakar boiler (baik dalam bentuk fibre atau pellet) juga pihak pabrik kelapa sawit merubah penggunaan jenis boiler, yang umum menggunakan boiler pipa air menjadi membrane wall boiler. Bahkan melakukan kajian menggunakan energi listrik dari PLN pada sebagian peralatan pabrik dan fungsi boiler hanya untuk menghasilkan uap untuk proses pengolahan buah sawit yang sebelumnya menghasilkan uap untuk penggerak turbune uap pada tekanan dan kapasitas uap tertentu.
![]() |
KW meter |
Jadi selain memanfaatkan methane dari kolam limbah, tankos diubah menjadi fibre atau pellet, para pekerja dipabrik juga merubah penggunaan jenis boiler, dari water tube boiler menjadi membrane wall boiler untuk memperoleh effisiensi konversi energi yang lebih baik, serta pemanfaatan energi listrik PLN (dengan perhitungan penggunaan Listrik PLN lebih murah dibandingkan self energy pada pabrik kelapa sawit). Semua ini dilakukan untuk menghemat cangkang, juga akibat kondisi ukuran cangkang yang semakin tipis ketebalannya (perubahan klone atau bibit). Karena semakin tipis cangkang tentu material balance cangkang pada buah sawit juga berubah. (Weight base)
Perubahan kebutuhan dunia akan energi terbarukan, energi yang murah dan ramah lingkungan serta pemanfaatan lahan yang ada untuk memaksimalkan protas CPO secara langsung mengubah pola pemanfaatan energi di pabrik kelapa sawit. Yang selama ini diajarkan keseimbangan energi kelapa sawit dirubah menjadi optimalisasi energi kelapa sawit.
Dahulu pengajaran pada proses pengolahan pabrik kelapa sawit selalu diajarkan bahan bakar boiler dari hasil pengolahan buah sawit, seimbang dengan kebutuhan bahan bakar boiler untuk menghasilkan uap, dan kebutuhan uap turbine seimbang konsumsi uap dari boiler dan proses pengolahan seimbang pemakaian uapnya dari sisa turbine, sudah saatnya dirubah menjadi mengoptimalkan seluruh potensi energi sawit menjadi komoditi ke-3 setelah CPO dan Palam Kernel.
Apa pendapat kawan-kawan, silahkan komentar.
Comments
Post a Comment