Loading ramp berfungsi sebagai tempat penimbunan/pengumpulan sementara dan penyortiran kualitas buah sawit dari kebun sendiri atau buah sawit pembelian dari petani sebelum buah sawit diolah. Dengan adaya stok bahan baku diloading ramp tentu akan menjamin kelanjutan proses pengolahan walaupun buah sawit yang dikirim dari lapangan tidak konstan.
Loading ramp menjadi tempat pertama buah sawit diperlakukan secara fisik, sehingga perlakuan yang kasar akan merusak lapisan paling luar buah sawit, padahal lapisan paling luar inilah kandungan minyak paling tinggi. Perlakuan kasar yang dimaksud adalah menumpukkan buah dengan bantuan alat berat (wheel loader) yang dapat mengakibatkan berondolan/buahsawit akan tergilas roda dan mengalami luka bahkan pecah. Jika daging buah sudah pecah akan mempercepat terbentuknya asam lemak bebas, keluarnya minyak dari daging buah yang pecah kelantai loading ramp dan meningkatkan lossis dikondensat sterilizer serta di tandan kosong. Namun kadang kala pemakaian alat berat diloading ramp tidak dapat dihindari karena pada kondisi tertentu buah sawit yang dioalah lebih kecil dibanding dengan buah sawit yang masuk. Misalnya pada saat panen puncak, pabrik stagnasi dan kegiatan sortasi buah sawit pembelian.
Seperti kondisi gambar diatas potensi kehilangan minyak cukup tinggi seperti berondolan yang masuk kesaluran air, telindas roda truk pengangkut buah dan alat berat, terpijak oleh pekerja dsb.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa losis minyak akan terjadi diloading ramp dan tidak akan bisa dicegah kecuali diminimalisir.
Usaha untuk meminimalisir losis minyak dilakukan dengan cara:- Pengaturan jam olah yang tepat, sehingga buah sawit tidak harus menumpuk dulu kemudian pabrik mulai mengolah. Selama proses berlangsung kurangi stagnasi dengan mengawasi operasional pabrik dengan baik sehingga tingkat kerusakan alat (jika tidak bisa dihindari) tidak terlalu parah dan perbaikan tidak memakan waktu yang lama
- Memaksimalkan pengisian lori (namun tidak melebihi kapasitas lori) dam mempercepat perbaikan lori jika ada lori yang rusak.
- Sortasi terhadap mutu panen buah sawit dari kebun sendiri dilakukan secara sampling dan sedekat mungkin dengan bays loading ramp.(kecuali buah sawit pembelian dari petani harus disortasi setiap tandan setiap truk)
- Mengisi bays loading ramp sesuai kapasitas dan menyediakan ruang untuk berondolan.
- Merawat kondisi lantai loading ramp agar tidak berlubang/pecah-pecah.
Sortasi buah sawit mutlak dilakukan untuk mengetahui mutu panen yang dilakukan di afdeling/kebun dan memilih buah sawit pembelian dari petani yang akan diterima/ditolak. Tempat melakukan sortasi dilakukan dilantai kerja loading ramp.
Aktifitas sortasi buah sawit ini harus benar-benar diikuti oleh Mill Assistant mengingat akan menentukan kualitas buah sawit yang bagaimana yang akan diolah dan sarat dengan kecurangan. Kecurangan yang terjadi adalah kesengajaan menerima buah sawit mentah karena telah diimingi sejumlah uang oleh pemasok buah.
Sebelum nya mari kita bahas cara penentuan kriteria matang panen buah sawit, kriteria matang panen sebenarnya ditentukan oleh manajemen untuk menjadi tolak ukur keberhasilan cara panen di afdeling untuk setiap tandannya. Tingkat kematangan buah sawit berkaitan erat dengan kandungan minyak, semakin matang buah sawit, semakin tinggi potensi rendemen minyak sawit. Tingkat kematangan buah sawit dapat diwakili dengan jumlah buah yang lepas dari tandan (berondolan), semakin banyak yang memberondol semakin matang buah sawit tersebut. Namun kadar asam lemak bebas juga semakin tinggi didalam buah yang lebih matang. Selain faktor asam lemak bebas (ALB), kefektifan pengutipan berondolan juga harus menjadi perhatian, semakin banyak jumlah berondolan dipiringan/kebun tentu potensi kehilangan berondolan juga tinggi.
Dengan demikian penentuan kriteria matang panen ditentukan oleh ketetapan capaian rendemen minyak sawit, kefektifan panen dan produktifitas ton per hektar per tahun.
Misalnya ketetapan panen disyaratkan 5 berondolan segar dipiringan (piringan adalah bagian tanah yang dibentuk melingkar di bagian bawah pohon sawit) maka buah sawit tersebut boleh dipotong/panen, untuk fungsi kontrol dipabrik, ketetapan berondolan harus lebih besar dari 5 butir, misalnya 15 butir berondolan segar. Artinya jika dijumpai di loading ramp buah sawit telah memberondol sebanyak 15 butir maka pemanen diafdeling telah melakukan ketentuan kriteria matang panen. Demikian sebaliknya.
Buah sawit yang dipanen disusun oleh pemanen di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) dan akan diperiksa oleh petugas pemeriksa buah, jika ada buah mentah diberi tanda silang sedangkan yang matang tidak diberi tanda silang. Jika buah mentah telah disilangi maka denda mutu panen sudah dibebankan ke pemanen saja (jika ada denda mutu panen buah mentah), namun jika ada buah mentah yang tidak diberi tanda silang dijumpai di loading ramp maka buah mentah tersebut ditambahkan ke jumlah denda panen mulai dari Assisten tanaman hingga pemanen. Hal ini juga menggambarkan petugas pemeriksa buah tidak menyortir semua tandan yang dipanen.
Petugas sortasi di pabrik/loading ramp mencatat buah mentah yang disilang dan buah mentah yang tidak disilang. Dengan metode sampling diloading ramp maka data jumlah buah mentah di afdeling harus lebih besar dari data buah mentah di pabrik, jika sama atau bahkan lebih besar, ini mengindikasikan sistem panen tidak berjalan dengan baik dan manajemen perlu melakukan evaluasi menyeluruh.
Karena pentingnya data sortasi tersebut, petugas sortasi di pabrik didampingi oleh petugas saksi dari bagian tanaman/afdeling untuk bersama-sama melihat buah sawit yang disortir.
Buah sawit yang telah disortir disisihkan ke bagian tepi lantai loading ramp untuk dapat dilihat oleh Assisten Tanaman/petugas saksi tanaman dan setelah diketahui, buah mentah tersebut boleh diolah.
0 comments:
Post a Comment